Rabu, 11 Januari 2012

Petualangan



Oleh : Mujati
NP : 0842110003

Macet sepanjang jalan di kota Jakarta, aku tinggal dengan ibu dan adikku. Bapak sudah tiada ketika aku masih duduk di sekolah SD kelas 6, kehidupan kami sangat jauh dari kemewahan tapi kami tetap beryukur. Sedangkan Adikku masih bersekolah, dan aku kuliah. Selain kuliah aku juga bekerja membantu Ibu buka warung makan kecil-kecilan hanya satu inilah peninggalan Bapak. Tiap pagi aku mengantar ibu pergi ke pasar mencari sayur dan lauk-pauk buat dagangan, aku membagi waktu dan tenagaku agar aku bisa menyelesaikan kuliah. Pagi aku bekerja dan sore aku kuliah. Kami hanya mempunyai satu kendaraan yang sangat membantu aktivitas ku dan keluarga. Hanya sepedah motor tua inilah peninggalan Bapak yang harus kami rawat dengan baik.
Hari ini cuaca sangat panas ya Buk? Ya, Tidak seperti biasanya?
Mungkin bentar lagi hujan Buk. Sebaiknya kita tutup saja warungnya. Lagian dari tadi tidak ada pembeli. Ini juga sudah waktunya tutup. Mungkin ini belum rezeki kita Buk. Aku antar Ibu pulang, setelah itu aku berangkat kuliah. Sampai di rumah aku melihat Adikku sedang nonton TV. Namanya Yogi. Aku pun bergegas mandi dan siap-siap berangkat kuliah. Aku bukan orang yang mudah mempermasalahkan penampilan. Hanya kaos strit, celana zins dan sepatu ket. Rambut terikat memakai bedak dan parfum. Sampai di kampus aku langsung menuju ruang belajar dan berkumpul dengan Sesi dan Olif, mereka teman baikku. Sedang asyik-asyik ngobrol tiba-tiba Dosen kami datang dengan seorang cowok lalu diperkenalkannya. Dia pindahan dari Luar Negeri. Dari gaya penampilan dan tata cara bicaranya, sepertinya dia anak orang kaya dan sombong. Sungguh kesal aku melihatnya. Jam belajar sudah selesai. Akupun pulang, sampai di tengah perjalanan tiba-tiba motorku bermasalah, aku berhenti dan kulihat ternyata ban belakang bocor. Terpaksa aku menuntun. Dari belakang terdengar suara klakson mobil dan sinar lampunya begitu terang, mobil sport merah berhenti di depanku.
“Kamu anak semester VI jurusan sastra inggris kan? Ayo naik, aku antar”.
Gak usah terima kasih jawabku.
“Tidak baik seorang perempuan jalan sendiri malam-malam begini. Tidak usah khawatir aku orang baik-baik, biarkan motormu di tinggal di sini, biar sopir pribadi yang mengurusnya. Ayo naik (sedikit memaksa)”.
Dalam hati ingin rasanya menolak. Tapi kondisi seperti ini, bisa-bisa…. Ah benar katanya, lebih baik aku terima ajakannya. Aku pun masuk mobil. Di sepanjang jalan kami diam tanpa kata, sesampai di rumah, “terimakasih atas tumpangannya, kataku”. Dia hanya tersenyum.
Emmm... aku harus ambil motorku kapan? Besok siang atau sore bisa di ambil di alamat ini sambil memberikan alamat bengkel.
Maaf sudah merepotkan, tiba-tiba dia mengajak kenalan sambil berjabat tangan.
“Aku Zek (sambil mengulurkan tangan)”, Aku Fe.
Baiklah sampai ketemu di kampus, aku pulang dulu. Selamat malam! Malam jawabku. Besoknya, selesai dagang, aku langsung menuju alamat bengkel. Sesampai di tempat aku langsung registrasi mengenai bayarannya. Ternyata sudah di bayar oleh Zek. Jujur aku makin penasaran dengan karakternya, tidak seburuk yang aku bayangkan ketika waktu pertama bertemu. sekarang aku harus ke kampus, sampai di kampus aku langsung menemuinya.
“Zek, ini ganti bengkel kemarin (sambil memberikan uang)” aku anggap sudah impas.
“Fe, aku tidak bisa terima uang ini, aku tidak butuh uang, aku ingin kita berteman baik. Aku suka denganmu! Walau baru kenal tapi aku sudah suka sejak awal melihatmu.
“Maaf Zek aku harus pergi sekarang (pergi dengan perasaan bimbang)”.
“aku tunggu di parkir, aku minta jawabannya hari ini juga Fe (sambil berteriak)”.
Aku masih tidak percaya dengan kenyataan ini apa benar yang disampaikan Zek, akupun menyukainya tapi, kalau benar dia menyukaiku ini kesempatan ku bisa dekat dengannya, banyak cewek-cewek yang suka dengan Zek, bisa dibilang akulah yang paling beruntung. Akupun beranjak ke parkir, kulihat Zek berada di samping motor ku. Dengan tampang biasa akupun mendekati nya.
 “Fe,,, bagaimana? Aku serius dengan ucapanku, aku benar-benar menyukaimu, izinkan aku bersanding di hatimu (sambil menatapku dengan tatapan mata yang tulus)”. aku pun diam sejenak dan menatap balik sorot mata yang indah, alis yang tebal dan hidung yang mancung itu.
“serius apa yang kamu katakana barusan?, aku takut perasaan ini hanya sesaat belaka, sedangkan kamu tahu, aku bukan cewek glamor dan modis, semua ini akan mempersulit dan memalukna buatmu”.
“aku serius, maukah kamu jadi kekasihku? (sambil memegang tanganku).
Ku anggukan kepala. Kulihat Zek sangat gembira melihat ekspresiku. Hari itu kami jadian tanpa pendekatan.
Hari-hari kami sangat bahagia, setiap hari Zek menjemputku kuliah. Terlihat dari sikap Zek menunjukkan rasa sayang dan peduli terutama pada keluargaku. Teman-temanku sudah mengetahui hubungan kami merakapun iri terhadapku, karena aku duluan yang bisa memiliki Zek. Dalam hati ku Zek bukan tipe lekali ideal buatku. Untuk saat ini aku terfokus mengejar beasiswa ke Luar Negeri untuk menambah pengetahuan ku dan memperbaiki perekonomian keluargaku. Setelah berjalan 2 bulan. Aku baru sadar sifat arogan Zek kelihatan, aku merasa sudah tidak sepaham lagi. Zek jarang menemuiku apalagi untuk komunikasi. Begitu juga aku menjaga jarak dengannya. Status hubungan kami menggantung.
Di lain tempat aku dan kawan-kawan pergi ke kantin untuk makan, tidak sengaja tanganku menyenggol badan lelaki yang duduk di samping bangku ku, aku pun segera minta maaf dengannya, untung saja lelaki itu tidak mempermasalahkannya. Malah sebaliknya dia mengajak kenalan. Namanya Eko anak jurusan hokum semester VII, sejalannya waktu aku dan eko sering jalan bareng, nonton, dan bertemu di luar kampus. Ternyata di balik itu semua Eko menyatakan cinta kepada ku, akupun begitu mudah menerimanya. Di tempat bersamaan aku menjalin hubungan dua lelaki sekaligus. Kabar mengenai kedekatan aku dan Eko ternyata terdengar oleh Zek. Teman-teman kampus semua menceritakan tentang diriku yang mudah berpaling dengan lelaki. Ku lihat Olif berjalan kea rah ku dan Olif mengajak aku ke perpustakaan tidak seperti biasanya Olif yang anti dengan buku tiba-tiba mengajak ke Perpus. Akupun heran tapi aku menuruti kehendaknya. Sampai di perpus aku lihat Zek duduk di sudut ruangan sambil melihat ku dengan pandangan sinis. Aku di ajak Olif mendekatinya dan Olif meninggalkan kami berdua. Di situlah kami membicarakan hubungan ku dengan Zek dan Eko. Zek marah mendengar pernyataan ku bahwa aku ada hubungan dengan Eko. Perasaanku biasa saja ketika Zek marah dan tidak terima kelakuanku terhadapnya.
Zek langsung meninggalkanku di ruangan. Aku pun bergegas meninggalkan perpustakaan. Keesokan harinya hubungan Zek dan Eko sangat dingin. Karena di antara mereka saling kenal alias berteman. Eko pun tahu kalau aku pernah berhubungan dengan Zek. Tapi Eko tidak mempermasalahkan hal itu. Dari hari ke hari hubungan kami sudah berjalan tiga bulan. Selama ini hubungan kami lancer-lancar saja. Tapi siapa sangka Eko yang terlihat setia selama ini telah bermain-main di belakangku dengan Sesi temanku sendiri. Aku mengetahui semua ini dari HP Eko yang aku baca isi pesan sms dari Sesi. Mereka tidak mengetahui apa yang sudah aku ketahui. Aku diamkan masalah ini. Sikap Sesi terhadapku sangat berbeda tambah baik dan lain bahkan lebih dari itu. Satu semester telah berlalu seperti biasa mahasiswa baru memenuhi kampus kami. Sambil baca-baca buku dekat tangga tiba-tiba mataku tertuju pada satu lelaki berbaju putih dan rapi. Tiba-tiba aku teringat dengan Andi cinta masa kecilku yang sampai selama ini aku masih menaruh hati dengannya. Sampai saat ini aku belum tahu dimana dia sekarang. Aku menyukai Andi sejak kelas 1 SMP sampai sekarang, sudah 9 tahun lamanya. Aku melihat Eko menghampiriku tanpa berfikir panjang aku pergi tanpa menghiraukannya. Akhir-akhir ini aku menjauh dari Eko sejak mengetahui perselingkuhannya. Tapi Eko tetap mengejarku dan sering mengirim pesan di HP ku, dan hal itu tidak pernah aku membalasnya. Eko pun semakin penasaran dengan sikapku cuek dan diam kepadanya. Liburan semester telah tiba aku dan keluarga berlibur di tanah kelahiran Ibu di Bogor. Ini kesempatan buatku menenangkan perasaanku yang galau dengan masalah-masalah yang aku alami selama ini. Disinilah aku instropeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang telah aku buat. Aku merasa lelah menghadapi hidup yang terus seperti ini. Aku ingin cinta yang tulus dan hanya setia dengan satu hati. Aku sadar selama ini telah banyak melukai perasaan orang lain terutama Zek.
Pagi hari udara di Bogor sangat sejuk. Pada hari Minggu Aku di ajak Ibu berkunjung di tetangga sebelah. Aku agak sedikit menolak ajakan Ibu, tapi Ibu memaksaku untuk tetap pergi. Sesampai di tempat acara belum dimulai yaitu acara ulang tahun anaknya. Siang menjelang sore acara pada puncaknya. Aku melihat lelaki datang membawa bingkisn kado warna putih, aku terkejut melihat dia.
Andi…. Dalam hati apa benar itu Andi. Dari kejauhan aku memandanganya dengan penuh harapan dan bahagia. Akhirnya aku bisa bertemu kembali sosok yang aku cintai selama 9 tahun dan setia menyayanginya sampai saat ini. Setelah acara berakhir aku mendekati Andi.
Andi… bukan? Ya, Fe…(sambil menunjuk ke arahku dengan senyuman yang manis).
Senang hati ini ternyata dia masih mengenaliku. Kami pun pergi mencari tempat duduk yang nyaman untuk bisa berbincang-bincang. Hari demi hari kami sering bersama, kami mengunjungi tempat-tempat yang dulu pernah kami kunjungi. Banyak cerita diantara kami. Sifat Andi tidak berubah sama seperti Andi yang aku kenal, ada perubahan di dirinya yaitu tambah dewasa dan karismatik. Aku makin simpati. Biarkan rasa dan hati ini menjadi rahasiaku dan hanya Tuhan yang tahu.




Selesai

*Mahasiswi Universitas TRidinanti Palembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar