Oleh
: Mujati
NP
: 0842110003
Macet sepanjang jalan di kota Jakarta, aku tinggal dengan ibu dan adikku.
Bapak sudah tiada ketika aku masih duduk di sekolah SD kelas 6, kehidupan kami
sangat jauh dari kemewahan tapi kami tetap beryukur. Sedangkan Adikku masih
bersekolah, dan aku kuliah. Selain kuliah aku juga bekerja membantu Ibu buka
warung makan kecil-kecilan hanya satu inilah peninggalan Bapak. Tiap pagi aku
mengantar ibu pergi ke pasar mencari sayur dan lauk-pauk buat dagangan, aku membagi
waktu dan tenagaku agar aku bisa menyelesaikan kuliah. Pagi aku bekerja dan
sore aku kuliah. Kami hanya mempunyai satu kendaraan yang sangat membantu
aktivitas ku dan keluarga. Hanya sepedah motor tua inilah peninggalan Bapak
yang harus kami rawat dengan baik.
Hari ini cuaca
sangat panas ya Buk? Ya, Tidak seperti biasanya?
Mungkin bentar
lagi hujan Buk. Sebaiknya kita tutup saja warungnya. Lagian dari tadi tidak ada
pembeli. Ini juga sudah waktunya tutup. Mungkin ini belum rezeki kita Buk. Aku antar
Ibu pulang, setelah itu aku berangkat kuliah. Sampai di rumah aku melihat
Adikku sedang nonton TV. Namanya Yogi. Aku pun bergegas mandi dan siap-siap
berangkat kuliah. Aku bukan orang yang mudah mempermasalahkan penampilan. Hanya
kaos strit, celana zins dan sepatu ket. Rambut terikat memakai bedak dan parfum.
Sampai di kampus aku langsung menuju ruang belajar dan berkumpul dengan Sesi
dan Olif, mereka teman baikku. Sedang asyik-asyik ngobrol tiba-tiba Dosen kami
datang dengan seorang cowok lalu diperkenalkannya. Dia pindahan dari Luar Negeri.
Dari gaya penampilan dan tata cara bicaranya, sepertinya dia anak orang kaya
dan sombong. Sungguh kesal aku melihatnya. Jam belajar sudah selesai. Akupun pulang,
sampai di tengah perjalanan tiba-tiba motorku bermasalah, aku berhenti dan
kulihat ternyata ban belakang bocor. Terpaksa aku menuntun. Dari belakang
terdengar suara klakson mobil dan sinar lampunya begitu terang, mobil sport
merah berhenti di depanku.
“Kamu anak
semester VI jurusan sastra inggris kan? Ayo naik, aku antar”.
Gak usah terima
kasih jawabku.
“Tidak baik
seorang perempuan jalan sendiri malam-malam begini. Tidak usah khawatir aku
orang baik-baik, biarkan motormu di tinggal di sini, biar sopir pribadi yang
mengurusnya. Ayo naik (sedikit memaksa)”.
Dalam hati ingin
rasanya menolak. Tapi kondisi seperti ini, bisa-bisa…. Ah benar katanya, lebih
baik aku terima ajakannya. Aku pun masuk mobil. Di sepanjang jalan kami diam
tanpa kata, sesampai di rumah, “terimakasih atas tumpangannya, kataku”. Dia
hanya tersenyum.
Emmm... aku
harus ambil motorku kapan? Besok siang atau sore bisa di ambil di alamat ini
sambil memberikan alamat bengkel.
Maaf sudah
merepotkan, tiba-tiba dia mengajak kenalan sambil berjabat tangan.
“Aku Zek (sambil
mengulurkan tangan)”, Aku Fe.
Baiklah sampai
ketemu di kampus, aku pulang dulu. Selamat malam! Malam jawabku. Besoknya, selesai
dagang, aku langsung menuju alamat bengkel. Sesampai di tempat aku langsung
registrasi mengenai bayarannya. Ternyata sudah di bayar oleh Zek. Jujur aku
makin penasaran dengan karakternya, tidak seburuk yang aku bayangkan ketika
waktu pertama bertemu. sekarang aku harus ke kampus, sampai di kampus aku
langsung menemuinya.
“Zek, ini ganti
bengkel kemarin (sambil memberikan uang)” aku anggap sudah impas.
“Fe, aku tidak
bisa terima uang ini, aku tidak butuh uang, aku ingin kita berteman baik. Aku
suka denganmu! Walau baru kenal tapi aku sudah suka sejak awal melihatmu.
“Maaf Zek aku
harus pergi sekarang (pergi dengan perasaan bimbang)”.
“aku tunggu di
parkir, aku minta jawabannya hari ini juga Fe (sambil berteriak)”.
Aku masih tidak
percaya dengan kenyataan ini apa benar yang disampaikan Zek, akupun menyukainya
tapi, kalau benar dia menyukaiku ini kesempatan ku bisa dekat dengannya, banyak
cewek-cewek yang suka dengan Zek, bisa dibilang akulah yang paling beruntung.
Akupun beranjak ke parkir, kulihat Zek berada di samping motor ku. Dengan
tampang biasa akupun mendekati nya.
“Fe,,, bagaimana? Aku serius dengan ucapanku,
aku benar-benar menyukaimu, izinkan aku bersanding di hatimu (sambil menatapku
dengan tatapan mata yang tulus)”. aku pun diam sejenak dan menatap balik sorot
mata yang indah, alis yang tebal dan hidung yang mancung itu.
“serius apa yang
kamu katakana barusan?, aku takut perasaan ini hanya sesaat belaka, sedangkan
kamu tahu, aku bukan cewek glamor dan modis, semua ini akan mempersulit dan
memalukna buatmu”.
“aku serius,
maukah kamu jadi kekasihku? (sambil memegang tanganku).
Ku anggukan kepala.
Kulihat Zek sangat gembira melihat ekspresiku. Hari itu kami jadian tanpa
pendekatan.
Hari-hari kami
sangat bahagia, setiap hari Zek menjemputku kuliah. Terlihat dari sikap Zek
menunjukkan rasa sayang dan peduli terutama pada keluargaku. Teman-temanku
sudah mengetahui hubungan kami merakapun iri terhadapku, karena aku duluan yang
bisa memiliki Zek. Dalam hati ku Zek bukan tipe lekali ideal buatku. Untuk saat
ini aku terfokus mengejar beasiswa ke Luar Negeri untuk menambah pengetahuan ku
dan memperbaiki perekonomian keluargaku. Setelah berjalan 2 bulan. Aku baru sadar
sifat arogan Zek kelihatan, aku merasa sudah tidak sepaham lagi. Zek jarang
menemuiku apalagi untuk komunikasi. Begitu juga aku menjaga jarak dengannya.
Status hubungan kami menggantung.
Di lain tempat
aku dan kawan-kawan pergi ke kantin untuk makan, tidak sengaja tanganku
menyenggol badan lelaki yang duduk di samping bangku ku, aku pun segera minta maaf
dengannya, untung saja lelaki itu tidak mempermasalahkannya. Malah sebaliknya
dia mengajak kenalan. Namanya Eko anak jurusan hokum semester VII, sejalannya
waktu aku dan eko sering jalan bareng, nonton, dan bertemu di luar kampus.
Ternyata di balik itu semua Eko menyatakan cinta kepada ku, akupun begitu mudah
menerimanya. Di tempat bersamaan aku menjalin hubungan dua lelaki sekaligus.
Kabar mengenai kedekatan aku dan Eko ternyata terdengar oleh Zek. Teman-teman
kampus semua menceritakan tentang diriku yang mudah berpaling dengan lelaki. Ku
lihat Olif berjalan kea rah ku dan Olif mengajak aku ke perpustakaan tidak
seperti biasanya Olif yang anti dengan buku tiba-tiba mengajak ke Perpus.
Akupun heran tapi aku menuruti kehendaknya. Sampai di perpus aku lihat Zek
duduk di sudut ruangan sambil melihat ku dengan pandangan sinis. Aku di ajak
Olif mendekatinya dan Olif meninggalkan kami berdua. Di situlah kami membicarakan
hubungan ku dengan Zek dan Eko. Zek marah mendengar pernyataan ku bahwa aku ada
hubungan dengan Eko. Perasaanku biasa saja ketika Zek marah dan tidak terima
kelakuanku terhadapnya.
Zek langsung
meninggalkanku di ruangan. Aku pun bergegas meninggalkan perpustakaan. Keesokan
harinya hubungan Zek dan Eko sangat dingin. Karena di antara mereka saling
kenal alias berteman. Eko pun tahu kalau aku pernah berhubungan dengan Zek.
Tapi Eko tidak mempermasalahkan hal itu. Dari hari ke hari hubungan kami sudah
berjalan tiga bulan. Selama ini hubungan kami lancer-lancar saja. Tapi siapa
sangka Eko yang terlihat setia selama ini telah bermain-main di belakangku
dengan Sesi temanku sendiri. Aku mengetahui semua ini dari HP Eko yang aku baca
isi pesan sms dari Sesi. Mereka tidak mengetahui apa yang sudah aku ketahui.
Aku diamkan masalah ini. Sikap Sesi terhadapku sangat berbeda tambah baik dan
lain bahkan lebih dari itu. Satu semester telah berlalu seperti biasa mahasiswa
baru memenuhi kampus kami. Sambil baca-baca buku dekat tangga tiba-tiba mataku
tertuju pada satu lelaki berbaju putih dan rapi. Tiba-tiba aku teringat dengan
Andi cinta masa kecilku yang sampai selama ini aku masih menaruh hati
dengannya. Sampai saat ini aku belum tahu dimana dia sekarang. Aku menyukai
Andi sejak kelas 1 SMP sampai sekarang, sudah 9 tahun lamanya. Aku melihat Eko
menghampiriku tanpa berfikir panjang aku pergi tanpa menghiraukannya.
Akhir-akhir ini aku menjauh dari Eko sejak mengetahui perselingkuhannya. Tapi
Eko tetap mengejarku dan sering mengirim pesan di HP ku, dan hal itu tidak
pernah aku membalasnya. Eko pun semakin penasaran dengan sikapku cuek dan diam
kepadanya. Liburan semester telah tiba aku dan keluarga berlibur di tanah
kelahiran Ibu di Bogor. Ini kesempatan buatku menenangkan perasaanku yang galau
dengan masalah-masalah yang aku alami selama ini. Disinilah aku instropeksi
diri atas kesalahan-kesalahan yang telah aku buat. Aku merasa lelah menghadapi
hidup yang terus seperti ini. Aku ingin cinta yang tulus dan hanya setia dengan
satu hati. Aku sadar selama ini telah banyak melukai perasaan orang lain
terutama Zek.
Pagi hari udara
di Bogor sangat sejuk. Pada hari Minggu Aku di ajak Ibu berkunjung di tetangga
sebelah. Aku agak sedikit menolak ajakan Ibu, tapi Ibu memaksaku untuk tetap
pergi. Sesampai di tempat acara belum dimulai yaitu acara ulang tahun anaknya. Siang
menjelang sore acara pada puncaknya. Aku melihat lelaki datang membawa bingkisn
kado warna putih, aku terkejut melihat dia.
Andi…. Dalam
hati apa benar itu Andi. Dari kejauhan aku memandanganya dengan penuh harapan
dan bahagia. Akhirnya aku bisa bertemu kembali sosok yang aku cintai selama 9
tahun dan setia menyayanginya sampai saat ini. Setelah acara berakhir aku
mendekati Andi.
Andi… bukan? Ya,
Fe…(sambil menunjuk ke arahku dengan senyuman yang manis).
Senang hati ini
ternyata dia masih mengenaliku. Kami pun pergi mencari tempat duduk yang nyaman
untuk bisa berbincang-bincang. Hari demi hari kami sering bersama, kami
mengunjungi tempat-tempat yang dulu pernah kami kunjungi. Banyak cerita
diantara kami. Sifat Andi tidak berubah sama seperti Andi yang aku kenal, ada
perubahan di dirinya yaitu tambah dewasa dan karismatik. Aku makin simpati. Biarkan
rasa dan hati ini menjadi rahasiaku dan hanya Tuhan yang tahu.
Selesai
*Mahasiswi Universitas TRidinanti Palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar